Bahan triclosan mungkin tidak asing lagi di telinga, karena penggunaan bahan kimia sangat luas. Mulai dari produk rumah tangga seperti berbagai jenis sabun, pasta gigi, obat kumur, shaving gel hingga barang kebutuhan lainnya seperti pakaian, peralatan dapur dan mainan anak-anak. Triclosan mulai digunakan sejak tahun 70-an dan mulanya digunakan sebagai antibakteri dalam prosedur medis.
Meski nyatanya bahan kimia ini banyak digunakan, efektivitas dan keamanannya bagi kesehatan masih menimbulkan pro dan kontra terutama bagi kesehatan anak-anak, Pada awal tahun 2010, Jurnal Academy of General Dentistry memuat artikel yang menyatakan bahwa pada gigi yang mengandung triclosan/kopolimer lebih baik dalam membubuh bakteri di dalam mulut daripada pasta gigi biasa yang mengandung flour. Menurut sang peneliti, Joseph J. Zambon, DDS, Ph.D, dari University at Buffalo School of Dental Medicine, dari penelitian-penelitian didapati bahwa triclosan yang ditambahkan ke pasta gigi dapat membantu menghambat pembentukan plak dan terjadinya radang gusi (gingivitis). Kopolimer membantu triclosan berada dalam mulut untuk waktu yang lebih lama, sehingga meningkatkan kemampuan triclosan dalam menghambat pertumbuhan bakteri mulut.
Namun beberapa penelitian lain yang baru-baru ini dipublikasikan menemukan bahwa triclosan dapat mengganggu sistem hormon dan membuat bakteri resisten terhadap antibiotik. Dengan adanya penelitian yang kontra ditambah lagi dengan adanya surat permintaan dari Edward Markey (Ketua dari Energy and the Environment), maka saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika atau FDA (Food and Drug Administration) tengah meninjau ulang penggunaan triclosan dan efeknya terhadap kesehatan seperti yang diberitakan oleh Washington Post awal April lalu.